Cerita WNI Muslim: Hijab Masih Menjadi Momok Menakutkan Bagi Orang Tua di Korea
Korea Selatan (Korsel) dikenal sebagai negara toleran yang menghargai semua agama bagi orang-orang yang memeluknya. Salah satunya Islam.
Islam di Korsel dipandang sudah diakui keberadaannya, bahkan terdapat masjid besar di pusat kota yang melambangkan komunitas Muslim di Korsel dijaga dengan baik. Chingudeul Republika Network berkesempatan mewawancarai salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Korsel beberapa waktu lalu.
Assalamualaikum, dapatkah menginformasikan nama Anda, usia serta tempat tinggal saat ini di Korsel?
Nama saya Ina Nur Istiqomah, saya 27 tahun dan sekarang tinggal di Hwaseing-Gyeonggi-Do.
Sudah berapa lama Anda tinggal di Korea?
Sudah tinggal di Korea 3 tahun 2 bulan. 2.5 tahun awal sebagai mahasiswa di University of Ulsan, kemudian lulus kuliah lanjut bekerja sebagai R&D Staff di perusahaan farmasi Korea di Hwaseong, Gyeonggi-Do.
Anda berpenampilan menutupi aurat sebagai seorang Muslim di Korea, bagaimana pandangan Anda mengenai toleransi di sana?
Menurut saya, negara Korea saat ini sudah jauh lebih ramah untuk ditinggali oleh para Muslim. Sepengalaman saya tinggal selama 3 tahun lebih tinggal di Korea saya tidak pernah menerima pelakuan rasisme dari orang Korea yang begitu berarti seperti yang dikhawatirkan oleh orangtua saya.
Bagaimana dengan teman sekitar atau atasan kerja terhadap Anda yang Muslim?
Teman-teman Korea saya selalu bersikap baik dan tidak memandang kami seorang Muslim itu berbeda, sama saja seperti orang lainnya.
Paling ya masalah hijab saja sih mereka yang masih sering bertanya-tanya kenapa saya harus pakai hijab apalagi kalau lagi summer gitu kan, terus sering juga diliatin dari atas sampai bawah gitu sama orangtua atau nenek-nenek dan kakek-kakek.
Apa ada pengalaman yang kurang mengenakan Anda sebagai Muslim yang tinggal di sana?
Yang bikin kurang nyamannya hidup sebagai Muslim di negara minoritas Muslim itu tempat sholat yang sulit dan juga mencari makanan halal yang tidak semudah seperti kita berada di Indonesia.
Tapi, selama kita bisa mengkomunikasikan kepada orang-orang Korea kalau ada kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang Muslim yang harus kita penuhi mereka juga pasti paham, seperti misalnya di kampus dan di kantor saya, mereka menyediakan ruangan khusus agar kita bisa melaksanakan sholat di situ.
Selain itu, perihal makanan lagi, setiap kali kita ingin makan bareng sama orang Korea mereka pasti bakal mengconsider kita untuk makan di tempat yang aman tidak ada babinya atau paling ya makan seafoood.
Sejauh pengalaman saya mereka baik-baik saja dan tak pernah menerima perlakuan yang tidak baik sama kita.
Bagaimana Anda menyesuaikan diri dengan lingkungan di Korsel sebagai sosok Muslimah yang berhijab?
Cara saya menyesuaikan diri di negara minoritas muslim, ketika pertama kali saya tiba di Korea, kebetulan kampus saya sudah banyak senior saya sebelumnya yang kuliah di sana. Jadi ya pertama kali saya langsung bertanya-tanya ke senior tentang tips mencari makanan yang aman dikonsumsi juga tips sholat ketika bepergian.
Juga ya gak mudah terpengaruh itu penting banget sih. Namanya negeri minoritas muslim pasti ya godaan untuk melakukan maksiat itu besar banget. Kalau prinsip kita gak kuat, atau kita mudah terpengaruh, bukan gak mungkin kita bisa saja malah terbawa atau mengikuti gaya hidup mereka.
Makanya selain ditanam untuk memiliki prinisip yang kuat dari diri kita, juga penting untuk disekelilingi oleh lingkungan yang bisa saling mengingatkan atau saling support sehingga kita terhindar dari hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip kita sebagai muslim.
Lanjut ke cerita berikutnya klik (2) di bawah: