Home > Korea

Menilik Pengaruh Penggemar K-pop pada Aktivitas Sosial dan Politik

Budaya fandom K-pop tak hanya sekadar mereka mencintai idolanya saja. Namun juga memiliki pengaruh yang positif dalam aktivitas sosial bahkan politik.
Senyum ARMY gandeng UNICEF untuk berkontribusi bagi anak Indonesia kembali bersekolah. Foto: Fergi Nadira
Senyum ARMY gandeng UNICEF untuk berkontribusi bagi anak Indonesia kembali bersekolah. Foto: Fergi Nadira

JAKARTA - Gelombang hallyu melalui musik Korea atau Korean Pop (Kpop) kini kian massif tersebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Fenomena ini pun kerap memiliki pengaruh positif dalam bidang apapun.

Antropolog Digital Karlina Octaviany menilai budaya fandom K-pop tak hanya sekadar mereka mencintai idolanya saja. Namun juga memiliki pengaruh yang positif dalam aktivitas sosial bahkan politik.

Fandom ARMY merupakan salah satu fenomena fans yang menciptakan budaya penggemar yang memiliki pengaruh luas terhadap berbagai isu yang mengemuka di dunia. ARMY adalah sebutan fans grup K-pop dari Bangtan Sonyeondan atau BTS.

Di Indonesia banyak ARMY telah berkontribusi dalam berbagai gerakan kebaikan yang memunculkan manfaat bagi setidaknya sebagian kecil orang. Bahkan ARMY telah turut berkontribusi dalam berbagai gerakan seperti donasi pendidikan hingga dukungan advokasi perempuan korban kekerasan.

"Dengan seluruh aktivitas positif ARMY ini, budaya fandom memiliki pengaruh yang positif," ujar Karlina di Jakarta, Sabtu (4/6/2022).

Ia mengatakan, bahwa aktivitas digital para fandom memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu isu. Semisal terkait demo Omnimbuslaw yang sempat ramai di media sosial. ARMY pun banyak menyuarakan isu tersebut.

"Jadi kita nggak bisa melihat ketika anak muda terlibat, terutama perempuan kalau ikut di gerakan tuh kayaknya nggak ngerti. Ikut-ikut aja. Apalagi fandom K-pop yang anonim. Tapi ternyata ARMY ini berjalannya secara organik, tidak ada komando," kata Karlina.

Menurut Karlina kini masyarakat tidak bisa lagi membedakan mana gerakan yang paling berjasa atau tidak. Sebab semua pasti memiliki modalitas sosial untuk melakukan suatu perubahan.

"Kalau soal gerakan sosial, kita nggak bisa lihat satu yang paling berjasa atau satu yang kurang. Semuanya pasti punya modalitas untuk melakukan perubahan," kata dia.

"Salah satu kekuatan ARMY ya modalitas sosial itu, bahwa sesama ARMY itu deep thrusnya tinggi. Kita percaya kalau kita mendonorkan ke ARMY, ARMY punya tanggung jawab untuk menjaga nama baik BTS dalam pengelolaan donasi misalnya," ujarnya menambahkan.

Foto: Senyum Army
Foto: Senyum Army

ARMY di banyak negara maupun di Indonesia telah menyelenggarakan berbagai aksi sosial dengan berbagai macam isu. Semisal seperti isu tentang psikologi hingga kesehatan.

"Yang menarik, ini konsisten. Dilihat dari 2018, gerakan pemuda itu kan susah banget ya, saya banyak ngobrol sama ARMY Indonesia, gerakan sosialnya ada yang sudah sejak 2107 yang menggerakan isu psikologi, soal kesehatan dan tetap konsisten sampai sekarang," ujarnya.

Menjelang ulang tahun BTS ke-9 pada 13 Juni dan ulang tahun ARMY pada 9 Juli, salah satu komunitas ARMY yang bergerak di bidang sosial, Senyum ARMY menggelar pameran di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Pameran seni ini berkolaborasi dengan UNICEF untuk menggalang dana guna membantu anak-anak Indonesia yang putus sekolah untuk bisa kembali bersekolah formal maupun nonformal.

Salah satu instalasi seni terinspirasi lagu ON - BTS. Foto: Senyum Army
Salah satu instalasi seni terinspirasi lagu ON - BTS. Foto: Senyum Army

"Kadang donasi seperti yang dilakukan Senyum ARMY dianggap minim aksi padahal itu menjadi pendidikan aktivisme dalam fandom dan akuntabilitas dana publik," kata Karlina.

"Penyebaran pengetahuan ini membuat gerakan aktivisme fandom menjadi kekuatan besar untuk pembangunan berkelanjutan," tukasnya.

× Image