Sejarah Korsel Hari Ini: Pencari Suaka Korut Menuju Seoul
BEIJING - Pada 17 Maret 2002, sebanyak 25 pencari suaka asal Korea Utara (Korut) mulai mempersiapkan perjalanan ke Korea Selatan (Korut). Pekan sebelumnya, ke-25 warga Korut itu menggeruduk kedutaan besar Spanyol di Beijing.
Berangkat mulai dari Beijing, mereka diterbangkan melalui ke ibu kota Filipina, Manila. Di Manila mereka mengahbiskan tiga hari untuk beristirahat di pangkalan militer sebelum sampai ke Seoul.
Pejabat Filipina dan Korsel kala itu mengatakan, bahwa enam keluarga dan dua gadis yatim piatu sedang diawasi ketat demi keamanan diri mereka sendiri. Namun mereka semua dalam keadaan bahagia dan baik-baik saja.
Wakil Menteri Luar Negeri Filipina saat itu, Lauro Baja mengatakan bahwa pemerintah tidak mengetahui adanya ancaman khusus terhadap Korut, namun mereka tidak mengambil risiko.
"Dilihat dari pengalaman masa lalu, ketika Korea Utara melakukan kegiatan teroris terhadap pembelot dari negara mereka sendiri, itu hanya tindakan pencegahan keamanan," katanya seperti dikutip laman CNN International, Kamis (17/3).
Ke-25 pencari suaka menyerbu melewati penjaga di kedutaan Spanyol di Beijing. Mereka meminta untuk diizinkan pergi ke Korsel dan bersumpah akan bunuh diri jika mereka dikirim kembali ke Korut. Negara Stanilis itu telah bertahun-tahun mengalami kekeringan, banjir, dan musim dingin yang ganas.
Tidak ada indikasi mengapa para pengungsi memilih Kedutaan Spanyol, tetapi gerbang depan kompleks biasanya dibiarkan terbuka, berbeda dengan kedutaan yang dijaga lebih ketat. Kelompok bantuan Korsel mengatakan bahwa antara 150 ribu dan 300 ribu warga Korut tersebar di perbukitan timur laut Cina.
Dilema Cina
Insiden itu menempatkan otoritas Cina dalam ikatan diplomatik karena berdasarkan kesepakatan dengan Korut, Beijing wajib mengembalikan setiap pengungsi yang tertangkap mencoba melarikan diri dari negara terisolasi itu. Namun sebuah kesepakatan tercapai dan para pencari suaka dibawa dari kompleks dengan empat kendaraan dan dibawa ke bandara Beijing untuk perjalanan ke Filipina.
Pada kesempatan sebelumnya Cina telah mengirim pencari suaka Korut kembali melintasi perbatasan yang memicu keluhan oleh kelompok hak asasi manusia dan bantuan. Mereka yang kembali sering menerima perlakuan kasar di tangan pihak berwenang.
Nasib warga Korut di Cina menjadi sorotan pada Juni 2001 ketika sebuah keluarga beranggotakan tujuh orang masuk ke kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi di Beijing dan menuntut suaka politik. Setelah beberapa hari pembicaraan yang rumit, Cina membiarkan keluarga itu pergi ke Korsel melalui Singapura dan Filipina atas dasar kemanusiaan.
Pendukung pencari suaka mengatakan puluhan ribu warga Korut bersembunyi di timur laut Cina. Khawatir masuknya pengungsi potensial, Beijing telah mengambil sikap tegas terhadap migran ilegal. Pemerintah Cina mengatakan mereka adalah migran ekonomi dan harus dikirim kembali ke rumah (dalam hal ini Korut).