안녕하세여, 친구들 (Annyeonghaseyo, chingudeul)...

Seoul – Ratusan ribu warga Korea Selatan turun ke jalan memadati titik-titik kota Seoul pada aksi demonstrasi besar-besaran yang menyerukan pemecatan Presiden Yoon Suk-yeol pada Sabtu (6/12/2024). Dalam aksi yang berlangsung para demonstran membawa kreativitas unik dengan menjadikan lagu-lagu K-Pop sebagai bagian dari protes mereka hingga membawa lighstick khas penggemar K-pop.

Saat sesi pleno di Majelis Nasiona; dimulau sekitar pukul 17.00 waktu setempat, aksi demmo berubah menjadi momen yang mirip dengan acara konser festival musik K-pop.

Para pengunjuk rasa melakukan dance dan meneriakkan bersama lagu-lagu hit K-pop seperti "Whiplash" milik aespa, "APT" milik Rose. dan subunit Seventeen BooSeokSoon yang berjudul "Fighting.” Lagu-lagu itu diubah liriknya untuk mengkritik Yoon dan menuntut pemakzulannya.

Di sisi lain, lightstick K-pop juga hadir di tengah demo.

"Para penggemar K-pop di seluruh negeri, silakan bawa lightstick Anda ke aksi unjuk rasa ini. Kami akan mengadakan konser cahaya lilin untuk Anda," demikian pengumuman Candlelight Action (@candlemove), sebuah kelompok sipil yang mengorganisir aksi unjuk rasa, pada hari Kamis di media sosialnya, seperti dikutip laman Korea Times, Ahad (7/12/2024).

Protes ini juga menarik perhatian dunia internasional, mengingat besarnya pengaruh K-Pop di ranah global. Banyak yang melihat aksi ini sebagai perpaduan antara budaya pop dan politik, yang mencerminkan kreativitas rakyat Korea Selatan dalam menyuarakan aspirasi mereka.

Presiden Yoon Suk-yeol sendiri menghadapi kritik tajam terkait berbagai kebijakan kontroversial selama masa jabatannya, termasuk isu tenaga kerja, pendidikan, dan hubungan dengan Korea Utara. Penggunaan musik K-Pop dalam aksi ini menunjukkan bahwa budaya pop tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga alat untuk menyampaikan pesan sosial dan politik yang kuat. Demonstrasi ini sekaligus menggarisbawahi kekuatan suara rakyat Korea Selatan dalam memperjuangkan perubahan.